Program Biodiesel dan Bioetanol Indonesia

Indonesia memelopori program biodiesel dan bioetanol

Program Biodiesel dan Bioetanol Indonesia
Sumber: Google

Indonesia telah memiliki industri biodiesel dan bioetanol yang kuat sejak tahun 1990. Negara ini merupakan salah satu produsen biodiesel dan bioetanol terbesar di dunia.

Produksi biodiesel dan bioetanol dapat membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil, yang merupakan langkah penting bagi negara untuk mencapai tujuannya mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2030.

Pemerintah Indonesia telah membuat program seperti Program Produksi Biodiesel Nasional untuk membantu memajukan industri ini di Indonesia. Untuk memastikan program-program ini berkelanjutan, penting agar program-program tersebut dilaksanakan dengan benar dengan kebijakan dan peraturan yang sesuai.

Pasar Biofuel Global

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan berpotensi menjadi pemain penting dalam pasar biofuel global. Indonesia telah secara aktif mempromosikan energi berkelanjutan sejak tahun 2009, ketika Indonesia meluncurkan program energi terbarukan pertama di negara ini. Tujuan pemerintah adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 70% pada tahun 2030.

Pemerintah Indonesia juga membuat program bahan bakar nabati sendiri pada tahun 2012 dengan tujuan meningkatkan produksi biodiesel dan bioetanol dalam negeri. Program ini dibagi menjadi dua: satu untuk biodiesel dan satu lagi untuk etanol, yang pertama ditujukan untuk kedelai dan kelapa sawit dan yang kedua untuk tebu atau singkong. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia telah mengembangkan teknologi sendiri yang dapat mengubah biomassa menjadi bahan bakar cair dalam skala industri.

Indonesia menjadi pionir dalam penerapan program biodiesel dan bioetanol. Ini adalah salah satu negara pertama yang memperkenalkan program tersebut pada tahun 2003. Indonesia, yang memiliki populasi besar, berhasil memproduksi lebih dari 10 juta ton biodiesel dan 6 juta ton bioetanol dari minyak sawit pada tahun 2020.

Ketergantungan pada impor BBM

Program ini telah membantu Indonesia mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan energi negara.

Program biodiesel dan bioetanol Indonesia diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi negara, mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong pembangunan pedesaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, negara ini berinvestasi dalam berbagai proyek infrastruktur, seperti kilang biofuel dan jalur rel khusus.

Keberhasilan program biodiesel Indonesia terhambat oleh beberapa tantangan, antara lain biaya produksi bahan bakar yang tinggi, harga minyak yang rendah, dan kurangnya infrastruktur.

Biodiesel adalah alternatif bahan bakar fosil yang lebih bersih dan terbarukan. Ini sebagian besar terbuat dari tumbuhan atau hewan, yang kemudian diubah menjadi solar. Namun di Indonesia biodiesel sebagian besar dibuat dari fatty acid methyl ether (FAME).

Minyak kelapa sawit adalah komoditas global utama, digunakan dalam segala hal mulai dari oli motor hingga makeup. Meskipun merupakan sumber daya terbarukan, telah dikritik karena mengancam mata pencaharian masyarakat lokal dan ekosistem di seluruh dunia. Produksi minyak sawit menjadi semakin terlihat dan kontroversial karena negara-negara berjuang untuk memenuhi komitmen mereka berdasarkan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Hasilnya adalah meningkatnya tekanan internasional terhadap Indonesia untuk merevisi kebijakan kelapa sawitnya.

Kekhawatiran publik

Program Biodiesel dan Bioetanol Indonesia
Sumber: Google

Ketika harga minyak dunia mulai meningkat tajam pada pertengahan tahun 2000-an, pengawasan menjadi lebih serius karena pemerintah – yang saat itu dipimpin oleh Presiden Susilo Yudhoyono – berusaha meredakan kekhawatiran publik.

Subsidi bahan bakar adalah kebijakan lama di Iran. Mereka bertindak sebagai katup pengaman bagi perekonomian negara dan membantu menghindari krisis ekonomi yang tidak stabil. Namun, karena permintaan bahan bakar dalam negeri meningkat karena ekspansi ekonomi yang cepat.

Negara-negara penghasil minyak utama dunia kini sedang mengalami penurunan dan mengalokasikan lebih banyak dana untuk mempertahankan produksinya. Indonesia, bersama dengan produsen besar lainnya seperti Rusia dan Arab Saudi, kehabisan minyak dengan cepat. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Cina, dan India, yang mampu memenuhi permintaan minyak dengan investasi besar dalam penelitian dan teknologi, mengalami pertumbuhan produksi.

Meskipun topik ini tidak populer, Indonesia telah mempertimbangkan untuk memotong subsidi bahan bakar. Hal ini karena peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan harga minyak telah membuat negara lebih sehat secara finansial. Idenya adalah untuk menggunakan bagian yang lebih besar dari anggaran pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik dan infrastruktur.

Bahan bakar alternatif

Dengan pemerintah Indonesia mencari bahan bakar alternatif baru untuk mengurangi ketergantungan negara pada minyak mentah, parlemen saat ini sedang memperdebatkan persetujuan anggaran negara yang akan mencakup pendanaan untuk pengembangan biofuel.

Undang-undang ini menekankan pentingnya peningkatan penggunaan bahan bakar nabati di Indonesia. Penurunan emisi gas rumah kaca dan pengembangan sumber energi berkelanjutan membuat biofuel menjadi alternatif yang menjanjikan untuk bahan bakar fosil.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia menerapkan program biodiesel untuk mengurangi permintaan bahan bakar fosil yang menyebabkan emisi gas rumah kaca. Untuk memenuhi mandat ini, semua solar yang dijual di Indonesia harus mengandung campuran 2,5% biodiesel dan 97,5% solar yang berasal dari minyak bumi.

Tingkat pencampuran biodiesel telah meningkat selama bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan pengenalan alternatif bahan bakar yang lebih berkelanjutan. Program B7.5 dimulai pada tahun 2010, diikuti oleh program B10 pada tahun 2014, program B15 pada tahun 2015, dan terakhir program B20.

Program B30 merupakan program biofuel yang akan diluncurkan pada tahun 2020. Program ini akan menyediakan bahan bakar dalam jumlah yang lebih besar untuk sektor transportasi, sehingga mengurangi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan pada minyak.

Presiden Indonesia Joko Widodo berinvestasi dalam program baru yang akan membantu negara menjadi lebih mandiri secara ekonomi. Program ini diharapkan dapat menghemat devisa sekitar Rp 63 triliun (sekitar US$4,5 miliar) dan, secara lebih umum, “dapat membantu Indonesia menjadi mandiri,” menurut Widodo.

Indonesia adalah produsen biodiesel terbesar keempat di dunia, dengan perkiraan produksi 4,1 juta liter biodiesel pada tahun 2016. Jumlah yang mengesankan ini sebagian besar disebabkan oleh sejumlah faktor yang menjadikan negara ini tempat yang tepat untuk memproduksi biodiesel.

Apakah Anda menyukai artikel ini?

Anda mungkin menemukan bahwa artikel ini akan bermanfaat bagi orang yang Anda kenal. Ini berisi informasi berharga yang memungkinkan mereka membuat keputusan investasi sebaik mungkin.


Per Fabio Calixto - 12/07/2022
Diperbarui

0